Thursday, November 9, 2017

S3 dan Post Power Syndrome

Empat tahun selesai kuliah doktor bagi saya tidaklah cepat, karena program doktor itu idealnya hanya tiga tahun. Berarti saya telat lulus setahun. Tapi uniknya, saya selalu dituduh sebagai anak yang cepat dalam menyelesaikan studi doktor.

Hal ini mungkin karena banyak calon doktor yang sampai belasan tahun tak selesai-selesai. Atau bahkan tak kelar sama sekali, alias pulang kosong tanpa membawa ijazah.

Berangkat dari kenyataan ini, maka banyaklah teman-teman yang sedang bersiap mengambil doktor bertanya tip-tip apa saja yang saya jalankan sehingga kuliah doktor saya bisa cepat selesai.

Menjawab pernyataan ini terus terang saya agak bingung, karena saya tidak punya tip apa-apa. Cuma, dari dulu semenjak S2 di UGM sampai S3 di NKUAS Taiwan, prinsip saya dalam kuliah hanya satu, yaitu: jika mau kuliah, maka jadilah mahasiswa seutuhnya. Itu saja. Saya ulangi, jadilah mahasiswa seutuhnya.

Saat kuliah di Taiwan, status saya di Indonesia sebagai dosen terpaksa saya luruhkah. Saya kembali menjadi seumpama anak-anak, yang siap sedia menerima bimbingan tanpa reserve.

Setiap tugas yang diberikan profesor selalu saya sambut dengan jawaban "iya", yang terkadang setelah mengerjakannya setengah mati ternyata tak bisa, baru saya minta maaf dan mohon petunjuk. Karena, asal tahu saja, jarang sekali petunjuk dari profesor diberikan sebelum kita mencobanya sendiri.

Yang celaka adalah, ketika mengambil kuliah doktor, beberapa orang gagal bertransformasi menjadi mahasiswa seutuhnya. Ia mengambil kuliah doktor, tapi masih bertingkah sebagai dosen, rektor, kajur, kaprodi, manajer, ustaz, teungku, ulama, ketua ini-itu, dan lain sebagainya.

Akibatnya, orang-orang semacam ini akan sulit sekali dibimbing. Atau malah stres karena tak tahan disuruh-suruh atau diberi tugas oleh profesor. Atau, ada yang lebih parah lagi, kangen sama orang-orang yang selama ini selalu menghormatinya di kampung. Sementara di tempat kuliah, semua orang pada cuek bebek terhadapnya. Jadi, fenomenanya ini hampir sama seperti orang yang terkena "post power syndrome."

Tapi, dalam usaha menjadi mahasiswa seutuhnya, Anda jangan pula mengikuti cara saya yang terhitung ekstrim. Dulu, saat saya ambil doktor, saya benar-benar menjadi mahasiswa lagi, seutuhnya, sampai kepada malas mandi dan jarang ganti baju !

No comments:

Post a Comment