Thursday, December 7, 2017

Maulid Nabi Dan Kalender Luni-solar Arab Pra-islam

Sebenarnya belum ada kata sepakat ahli sejarah yang meyakini betul kapan nabi Muhammad dilahirkan. Jangankan hari, tahun kelahiran Beliau saja sebenarnya juga tak sepi dari perdebatan. Apalagi pukul berapa, siang atau malam, sungguh lebih gelap lagi.

Jika kita menyelisik buku sejarah hidup Beliau, maka kita akan mendapati berbagai pendapat tentang kapan Beliau dilahirkan. Sebagaimana telah dirangkum oleh M Hussain Haikal dalam bukunya "Hayatu Muhammad" (buku ini telah lama ada terjemahannya), biarpun sebagian besar ahli sejarah meyakini bahwa Beliau dilahirkan pada tahun Gajah (570 M), namun ada juga pendapat lain yang menyatakan bahwa beliau dilahirkan 15 tahun sebelum peristiwa Gajah itu. Ada juga yang menyatakan beberapa hari, bulan, atau tahun setelah peristiwa Gajah. Dan bahkan, ada juga yang berpendapat 30 atau 70 tahun setelah peristiwa Gajah.

Ini baru tahun. Bulan di mana Beliau dilahirkan tentu juga tak luput dari perdebatan. Yang paling populer memang pendapat yang menyatakan bahwa Beliau dilahirkan pada bulan Rabiul Awal. Tapi pendapat lain juga menyatakan bahwa Beliau lahir pada bulan Muharram, Safar, Rajab, atau Ramadhan.

Bagi yang meyakini Rabiul Awal sebagai bulan kelahiran Nabi, ternyata tanggalnya juga masih diperdebatkan. Ada yang menyatakan tanggal 2 Rabiul Awal, 8, atau 9. Dan yang paling populer, Ibnu Ishak salah satu yang berpendapat demikian, bahwa Beliau dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awal, sebagaimana yang sama kita peringati sekarang ini.

Kita tidak perlu bingung dengan hal ini, santai saja. Karena yang paling penting adalah bahwa Beliau sudah lahir ke dunia ini dengan membawa Islam sebagai sebuah agama yang telah dianut oleh sebagain besar penduduk dunia. Perkara kapan tepatnya beliau dilahirkan, itu salah satu hal yang tak haram masuk ke ranah perdebatan.

Jadi, sementara kita kunci saja pendapat yang populer yang menyatakan bahwa Beliau dilahirkan pada 12 Rabiul Awal. Tapi kita jangan tersenyum dulu dengan meyakini betul bahwa itu bersih dari masalah lanjutannya. Ada masalah lagi. Ini perlu diingat, bahwa sistem penanggalan yang digunakan masyarakat Arab pra-islam adalah luni-solar (qamari-Syamsyi), bukan lunar (qamari) sebagaimana penanggalan Islam sekarang. Sehingga lebih tepatnya Nabi dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awal Qamari-Syamsi, bukan 12 Rabiul Awal Qamari.

Untuk memperjelas ini, kita akan bahas sedikit tentang kalender luni-solar bangsa Arab pra-islam, berikut perubahannya ke kalender lunar setelah Islam datang.

***

Pada era pra-islam, masyarakat Arab menggunakan kalender luni-solar yang tidak hanya berpatokan pada peredaran bulan, tapi juga pada matahari. Awal dan akhir bulan luni-solar berpatokan pada kemunculan hilal muda, tetapi bulan-bulannya berkaitan dengan musim-musim di jazirah Arab. Sehingga kalender itu juga harus mengikuti peredaran matahari di samping bulan.

Hal inilah yang mengakibatkan nama-nama bulan dalam penanggalan Arab diambil dari nama-nama musim dan kejadian-kejadian tertentu pada bulan tersebut.

Bulan pertama, yang dimulai pada penguhujung musim panas (September) dinamakan dengan bulan Muharram karena pada bulan tersebut seluruh penduduk semenanjung Arabia sepakat mengharamkan perang.

Masuk bulan Oktober, dedaunan menguning, maka bulan tersebut diberi nama Safar, yang artinya menguning. Setelah selesai menguning, maka tibalah musim gugur yang terjadi pada bulan November dan Desember, maka kedua bulan itu dinamakan dengan nama Rabi', yang artinya musim gugur. Jadi, November sebagai Rabiul Awal dan Desember sebagai Rabiul Akhir.

Setelah musim gugur yang kedua pada bulan Desember selesai, maka masuklah musim dingin pada bulan Januari dan Pebruari. Maka kedua bulan ini dinamakan dengan Jumad, yang artinya dingin atau beku. Sehingga Januari dinamai sebagai Jumadil Awal dan Pebruari sebagai Jumadil Akhir.

Selanjutnya, di bulan Maret, matahari mulai bergerak dari belahan bumi bagian selatan menuju ke utara, sehingga jazirah Arab perlahan akan menghangat, yang mengakibatkan salju peninggalan musim dingin mulai mencair. Oleh karena itu, bulan Maret disebut sebagai bulan Rajab, yang artinya mencair.

Seiring menghangatnya jazirah Arab, pada bulan April masyarakat Arab turun ke lembah-lembah untuk bertani. Maka bulan April dinamakan dengan Bulan Sya'ban, yang artinya lembah.

Sekarang masuklah bulan Mei, yaitu awalnya musim panas di jazirah Arab. Sehingga bulan Mei dinamakan dengan Ramadhan, yang artinya adalah panas atau terik. Panas masih tetap berlanjut dan pada bulan Juni terus meningkat panasnya. Sehingga bulan Juni disebut sebagai bulan Syawal, yang artinya peningkatan, karena panasnya terus meningkat daripada sebelumnya.

Musim panas di Jazirah Arab mencapai puncak pada bulan Juli. Sehingga orang-orang pada bulan ini enggan keluar kemana-mana. Mereka lebih suka duduk-duduk saja di rumah. Maka bulan Juli disebut dengan Zulka'idah, bulan yang di dalamnya orang-orang hanya menghabiskan waktu dengan duduk-duduk saja.

Sementara bulan Agustus, panas sudah mulai menurun, pada bulan ini orang-orang berbondong-bondong berhaji ke Baitullah di Mekkah. Sehingga bulan ini dinamakan dengan bulan Zulhijjah.

Zulhijjah adalah bulan ke-12 atau bulan terakhir dalam penanggalan Arab. Karena panjang bulan tersebut berpatokan pada peredaran bulan di langit, maka jumlah hari dalam sebulan kalau tidak 29, maka 30. Sehingga jumlah hari dalam setahun adalah tidak lebih dari 355 hari.

Mengingat tahun matahari yang sesuai musim mencapai 366 hari, maka setiap setahun ia akan berselisih 11 hari dengan tahun Arab. Oleh karena itu, agar bulan Arab tetap sesuai dengan musim, maka ditambahlah satu bulan setelah bulan Zulhijjah sebanyak 7 kali dalam 19 tahun. Sehingga bangsa Arab memiliki bulan ke-13 pada tahun-tahun tertentu, yang dinamakan oleh mereka dengan bulan Nasi'.

Terkait bulan Nasi' ini, ada yang lucu. Karena perbedaan sistem hisab yang dipakai oleh kabilah-kabilah Arab, terkadang penambahan bulan Nasi' tidak serentak. Satu kabilah beranggapan bahwa tahun ini, misalnya, ada bulan Nasi', sementara kabilah lain berpendapat langsung masuk bulan Muharram setelah Zulhijah.

Alhasil, ada kabilah yang diserang padahal mereka menganggap ini sudah masuk bulan Muharram, sehingga mereka tidak siap untuk berperang. Mereka yang menyerang pun tidak merasa bersalah karena sistem perhitungan mereka menyatakan bahwa sekarang adalah bulan Nasi'. Jadi bebas saja berperang sesuka hati.

Karena terjadi kesemrawutan ini, setelah datangnya Islam, maka turunlah surat Attaubah ayat 36 yang menegaskan bahwa jumlah bulan tidak lebih dari 12 bulan. Tentu saja, bulan Nasi' terhapus dengan turunnya surat ini.

Dengan dihilangkannya bulan Nasi', maka sistem penanggalan Arab berubah dari luni-solar menjadi lunar totok, mutlak tergantung pada peredaran bulan saja. Sehingga bulan-bulan penanggalan Arab tidak lagi sesuai musim. Ramadan yang dulu jatuh pada musim panas, sekarang bisa jatuh pada musim dingin, gugur, dan lain sebagainya. Namun demikian nama bulannya tetap saja masih dipakai sampai sekarang.

***

Jadi, sekarang jelas bagi kita yang mengikuti pendapat Nabi dilahirkan pada 12 Rabiul Awal, bahwa Beliau lahir pada pertengahan musim gugur pertama, yaitu sekitar bulan November.

Untuk tahun ini (2017), peringatan Maulid lebih cocok dibandingkan tahun-tahun yang lain, karena jatuh pada saat yang sesuai dengan musim dimana dulu Nabi dilahirkan. Cuma sedihnya, musim gugur di Arab berarti musim hujan di Aceh yang masyarakatnya selalu merayakan Maulid nabi secara besar-besaran. Serambi Mekkah ini sekarang sedang diguyur hujan lebat tanpa henti. Sebagian daerah malah sudah tenggelam banjir.

No comments:

Post a Comment