Wednesday, April 18, 2018

Dari Tugas sampai Telkomsel

Hari ini (Rabu 21 Maret 2018), selain mengajar, saya punya agenda lain, yang pertamanya adalah melapor hasil kunjungan saya ke Malaysia beberapa hari lalu kepada kepala bidang yang menugaskan saya ke sana.

Setelah itu, saya pikir ini juga tak kalah penting walaupun bersifat pribadi, adalah menepati janji saya dengan istri untuk membuatkannya paket kartu Halo.

Saya sebut paket karena memang dalam satu kartu itu terdiri dari suguhan data internet 4 GB, telepon 100 menit, dan 300-an SMS, per bulan. Kalau ga salah, paket kartu Halo dengan menu sebagai ini, harga yang harus saya bayar per bulan adalah 125 ribu rupiah.

Saya mengambil paket ini, dan sekarang membuatnya satu lagi untuk istri, karena setelah saya hitung-hitung jatuhnya murah juga. Sebab, di samping paket internet yang 4GB itu, ada paket telepon juga 100 menit. Lumayan cukup bagi saya, dan bahkan lebih. Karena untuk kerja, saya punya WIFI kantor.

Cuma yang sayang adalah paket SMS-nya itu. Sekarang, coba, mana ada orang yang masih mau SMS-an, paling WA-pan, kan? Iya, sih, kecuali kakek-nenek anak muda-mudi zaman dulu yang tidak mau lagi repot mengikuti perkembangan dunia teknologi informasi (IT) secepat kilat ini. Namun, untuk orang zaman sekarang justru yang dibutuhkan adalah paket data.

Tentang ini saya pernah coba minta ke customer service (CS) Telkomsel agar paket SMS yang 300-an itu dilebur saja menjadi paket data, agar lebih beguna. Ternyata gak bisa, kata CS. Itu memang sudah paketnya seperti itu, katanya lagi melanjutkan. Ya, sudah, kata saya dalam hati.

Terlepas dari itu semua, menurut saya, paket ini tetap lebih murah dan nyaman. Karena, kalau selama ini pakai kartu "paket habis langsung buang" (PHLB), kan, cuma ada paket internetnya doang? Sementara untuk telepon harus beli lagi pulsanya. Jadi, setelah saya kali-bagi-tambah-kurang, saya putuskan, saya dan istri agar menggunakan paket kartu Halo itu saja.

Eh, yang menjengkelkan lagi kalau pakai kartu PHLB, adalah adanya peraturan paket data wilayah. Jadi, kalau kita beli kartu di Lhokseumawe, begitu keluar ke Medan, misalnya, ada sebagian paket data tidak bisa digunakan lagi. Bayangkan betapa ruginya.

Pengalaman, dulu saya pernah beli kartu PHLB di Depok dekat kampus Universitas Indonesia (UI), begitu saya pulang ke Aceh, paket internet saya cuma tinggal seupil. Sementara sebagian besarnya hapus karena saya telah keluar wilayah. Nah, di kartu Halo hal seperti itu tidak akan terjadi.
__________
21 Maret 2018

No comments:

Post a Comment