Wednesday, April 18, 2018

Malaysia: Panik, Saya Tak Bawa Uang Tunai

Dulu saat transit di bandara KLIA2 Kuala Lumpur dalam perjalanan pulang Kaohsiung-Medan, saya sempat mencoba menarik uang di sebuah ATM yang ada logo ATMBersama dengan menggunakan kartu ATM BNI, tapi gagal. "No account connection, " kata ATM itu melalui struknya. Saya tak berani mencoba lagi, takut kartu saya ditelan ATM negeri orang. Pasti ini repot urusannya.

Saat itu saya hanya butuh sedikit uang Ringgit Malaysia sekedar cukup untuk makan di bandara. Kegagalan penarikan uang ini tentu saat itu tidak bermasalah bagi saya, karena kartu debit Taiwan Business Bank yang saya punyai, berlogo Visa. Karenanya, saya bisa belanja apa saja pakai kartu tersebut. Tinggal gesek saja. Selesai. Tapi setelah saya selesai studi dari Taiwan, saya hanya punya kartu ATM debit BNI, berjenis kelamin MasterCard, bukan Visa.

Karena itulah, dua hari sebelum berangkat ke Malaysia pada hari Rabu lalu (14 Maret 2018), saya bergegas ke kantor BNI di Lhokseumawe untuk melaporkan bahwa dulu kartu debit BNI saya tidak bisa digunakan untuk menarik uang di Malaysia. Saya ingin kartu saya diset ulang atau apalah namanya agar saya bisa mengambil uang di ATM negeri jiran ini. Karena seharusnya bisa, sebab semua logo-logo yang ada pada kartu debit saya itu ada di sebagian besar ATM Malaysia. Jadi, saya beranggapan bahwa yang bermasalah adalah kartu debit saya, bukan yang lain.

Mendengar keluhan saya, CS (customer service) yang jelita itu mengernyit dahi. "Tapi biasanya tak ada masalah, " kata CS itu sambil membolak balikkan kartu debit saya.

"Kenyataannya, saya gagal menarik uang di sana, Bu, " keluh saya lagi.

"Ok, saya tanya dulu, " CS itu pergi meninggalkan saya di balik meja kerjanya.

Tak berselang lama, ia kembali, bilang, "Begini, Pak. Untuk di Malaysia, kartu debitnya harus ada chip, baru bisa ambil uang di sana. Bapak harus ganti ke kartu debit Gold, jangan Silver lagi. Tapi untuk penggantian kartu ini, Bapak harus ke kantor cabang. Di sini tak ada blangkonya."

"Ok, saya akan pergi kesana." Saya pun pergi meninggalkan CS itu.

Sampai di kantor cabang saya dibuatkan kartu debit Gold setelah CS mendengar keluhan saya.

"Tapi, kemarin ada yang ambil uang di sana pakai Silver tak masalah, Pak." Kata CS kepada saya, keheranan.

"Tak tahu saya, Bu. Saya pernah gagal narik uang di sana. Kata CS itu tadi, masalahnya karena tak ada chip, " jawab saya membela diri.

CS tak berdebat. Ia terus saja menyelesaikan urusannya dengan saya. Saya menerima kartu baru itu setelah membayar uang dua puluh ribu rupiah. Kartu Gold inilah yang saya bawa ke Malaysia. Saya tak membawa uang tunai sedikit pun. Percaya betul kepada sistem perbankan modern ini. Dan memang harusnya seperti itu. Mengingat pengambilan uang langsung di ATM jauh lebih murah dibandingkan dengan membawa uang rupiah dan merelakan rate Money Changer bandara merogoh kantong kita lebih dalam.

Sesampai di bandara KLIA2, saya tidak langsung mengambil uang di ATM karena saya punya sedikit uang tunai Ringgit Malaysia peninggalan dulu. Dan juga ada dari pemberian teman sebanyak dua puluh lima Ringgit. Ditambah lagi ada uang rekan saya sejuta rupiah yang dimantainya pada saya untuk membelikan obat. Uang sejuta rupiah itu saya tukar langsung di bandara dengan 250 Ringgit Malaysia. Walaupun bukan semua uang saya, tapi yang penting saya mengantongi cukup uang kala itu. Makanya, saya langsung saja ke hotel melalui stasiun Kerinchi.

Sampai di stasiun tersebut, sebelum keluar, saya melihat ada ATM CIMB, dan berniat mengambil uang di situ. Logo yang tersedia juga pas, ada ATMBersama, Cirrus, MasterCard, dan lain-lain. Cocok untuk kartu debit BNI saya. Tapi apa hendak dikata, ternyata transaksi ditolak. Sama persis seperti kasus penarikan dulu, "no account connection". Saya mendadak bingung. Saya coba beberapa kali dengan mode jenis tabungan berbeda-beda, tetap tak bisa. Akhirnya saya putuskan istirahat saja dulu di hotel.

Sampai di hotel saya menghubungi BNI di akun Fesbuknya yang dibalas keesokan harinya. Tak ada solusi. Saya hubungi teman yang sudah lama tinggal di Kuala Lumpur. Ternyata ia bisa menarik uang di sana dengan kartu debit BNI. Ada titik cerah bagi saya, saya bisa transfer uang ke rekening dia, dan minta tolong menarik ringgit kepada saya. Tapi, saya ingin coba ambil dulu di ATM bank lain. Siapa tahu bisa. Kami setuju.

Keesokan harinya, saya berangkat ke KLCC, sebuah mal tempat dimana menara kembar Petronas mencakar langit. Seorang rekan menemani saya ke situ. Ketika naik ke lantai atas untuk makan, saya menjumpai sebuah ATM kepunyaan Bank HSBC. Saya coba menarik uang di situ, ternyata bisa. Lega rasanya. Ratenya juga bagus. Dua ratus ringgit saya ambil, uang saya dipotongnya 700 ribu rupiah plus biaya Cirrus 25 ribu rupiah.

Dengan ini masalah saya kelar. Mungkin bagi pembaca jika tak bisa menarik uang dari suatu ATM di luar negeri, jangan takut dulu, apalagi sampai menjerit-jerit histeris. Karena ternyata tidak semua Bank bisa memenuhi mode ATMBersama, Cirrus, Mastercard, atau lain sebagainya, biarpun logo-logo itu mereka cantumkan di mesin ATM-nya. Buktinya adalah apa yang menimpa saya.
_________
17 Maret 2018

No comments:

Post a Comment