Wednesday, April 18, 2018

Penunggu Pasokan Listrik

Banyak orang mengamuk di media sosial saat menanggapi alasan PLN mematikan listrik, yang menurut mereka dalih yang dipakai perusahaan energi pelat merah itu tidak masuk akal.

Ada pencurian kabel, katanya, malingnya celaka, meledak, mukanya gosong, dan dilarikan ke rumah sakit. Karena ulah maling seorang itu, Aceh "ban" satu propinsi gelap gulita.

Ketika menanggapi alasan ini, tak jarang masyarakat mendakwakan dirinya tidak bodoh, tidak mudah ditipu dengan alasan yang tak masuk akal itu. Masakan kabel dicuri sedikit satu propinsi gelap gulita? Begitu kira-kira tanggapan masyarakat di media sosial.

Sementara saya tidak menanggapi apa-apa terhadap alasan itu. Dan tidak pula saya mendakwakan diri sebagai orang tak bodoh, tak bisa ditipu, dan lain sebagainya. Dalam keadaan gelap gulita seperti ini, tak banyak yang bisa saya lakukan.

Cuma yang menjadi beban saya adalah, saya besok bertugas mengajar Aljabar Linier di kampus. Tanpa mati lampu, biasaya jam segini (23.00) saya sudah siap tidur dengan kepala penuh materi yang akan saya tumpahkan besok di hadapan mahasiswa dan mahasiswi saya.

Tapi malam ini listrik mati sebelum tugas itu usai. Aceh yang sedang dirundung kemarau panjang dengan mataharinya yang panas menguliti bumi, membuat kamar mendadak panas bak rumah kaca. Gerah.

Oleh karena itu, tugas saya yang tadinya belajar, sekarang beralih membantu istri mengipasi anak perempuan kami yang sudah tertidur. Sebelah sana, istri saya dapat jatah mengipasi anak laki kami yang masih menyusu.

Hanya ini yang bisa saya lakukan menghadapi pemutusan energi listrik ke tempat kami. Pasrah. Tidak lebih dari itu. Ada terbetik di hati ingin menanyakan ke teman-teman di jagat maya tentang apakah di tempat mereka juga mati lampu? Mau, tapi gagal, karena koneksi internet dan bahkan telepon seluler ternyata ikut putus seiring putusnya pasokan listrik. Saya seakan tersekat dari peradaban modern di luar sana.

Dalam rumah kecil mungilku yang remang-remang ini, saya menatap istri saya, kemudian mengingatkannya agar besok jangan lupa menjemur lampu tenaga surya kecil yang kami miliki. Lampu yang mampu bertahan dua atau tiga jam untuk menunggu jatah listrik tiba.

Cuma ini yang bisa saya lakukan, menunggu pasokan listrik sembari berusaha untuk tetap sedikit terang dan sedikit dingin. Betapa bodohnya saya.
 Lampu tenaga surya kecil di pintu kamar
__________
27 Maret 2018

No comments:

Post a Comment