Semua tahu. Aurat laki-laki itu dari pusat sampai lutut. Artinya, minimal, organ tubuh mulai dari pusat paling atas dan lutut paling bawah, harus ditutup. Baik di dalam salat, maupun di luarnya.
Tapi, selama empat puluh tahun saya menghirup udara Aceh lengkap dengan segala polusi-polusinya, saya belum pernah melihat ada lelaki salat dengan pakaian seminimal itu. Baik di rumah, apalagi di masjid.
Ada, terkadang kita melakukannya ketika salat sendiri di kamar dengan hanya memakai sarung. Tapi juga tidak seminimal itu. Biasanya sarung dikilas di bawah dada, terus bawahnya menjulur menjangkau mata kaki. Dan itu pun di rumah. Di luar, tidak pernah.
Cerita ini berubah, ketika saya dulu tahun 2013 menjejakkan kaki di negeri Formosa, Taiwan. Tepatnya di Kaohsiung, kota terbesar kedua setelah Taipei. Kaohsiung punya masjid. Besar sekali. Untuk ukuran sebuah negara yang muslimnya minoritas.
Di masjid itulah pertama mata saya terbuka, bahwa ternyata ada di dunia ini lelaki salat dengan celana buntung. Di masjid. Panjangnya sedikit di bawah lutut. Ada saya lihat yang muda, pakai celana training. Ada satu yang tua, celana kain tebal.
Tapi tentunya tidak sempurna minimnya, karena cuma celana saja yang pendek. Sementara atasannya normal saja pakai baju biasa. Ada yang kaos, ada juga pakai baju kemeja baik lengan panjang ataupun pendek.
Itu di Taiwan. Sekarang, di Texas, saat salat jumat di masjid Assalam Houston di bilangan Champion Spring Village, saya mendapatkan fenomena yang sama. Ada jamaah jumat yang hanya mengenakan celana training pendek.
No comments:
Post a Comment