Thursday, October 4, 2018

Dollar Tree, Hidup Hemat di Amerika

Menurut saya, untuk sekelas negara Amerika, harga satu mi instan tiga ribu rupiah itu bersangatan murahnya. Saya lupa, di Indonesia berapa, ya, harga mi instan? Kurang lebih segitu juga, kan?

Ke Amerika, saya hanya membawa uang tunai seratus dolar. Saya beli di bandara Soekarno Hatta seharga kira-kira 1,5 juta rupiah sebelum lepas landas ke Texas melalui Doha.

Hanya segitu uang yang saya punya di rekening setelah terkuras untuk pengurusan visa, karena biaya ke Jakarta untuk wawancara visa tidak ditanggung beasiswa. Saya terpaksa berhutang ke abang saya. Sampai sekarang belum saya bayar. Menunggu beasiswa cair.

Dengan uang seratus dolar, saya benar-benar tak tahu, sanggup bertahan berapa lama uang itu buat saya di Amerika. Saya memang diberitahu, oleh kemeterian, bahwa hotel, biaya pelatihan, antar jemput hotel ke tempat pelatihan, semuanya sudah dibayar.

Hotel, sepaket dengan makan paginya. Tentu tak ada nasi. Hanya roti dan lauknya. Sementara tempat pelatihan menjamu kami dengan makan siangnya. Juga tak ada nasi. Persis seperti di hotel. Cuma di sini agak mewah sedikit makanannya. Mungkin karena makan siang.

Eh, karena kami mengeluh tak ada nasi, kemarin siang (2/10/2018), mereka menyediakan nasi. Dua macam. Warna putih dan coklat. Tapi rasanya aneh. Yang putih asam dan yang coklat rasanya sangit. "Meuhoeng" kalau bahasa Aceh. Seperti rasa walang sangit. Saya tak jadi makan. Akhirnya menyantap roti lagi. Berlauk ayam dan ikan.

Jadi, pos pengeluaran saya di Amerika hanya makan malam untuk tiap hari, dan makan siang untuk akhir pekan, karena pelatihan sabtu dan minggu tutup. Hotel tidak menyediakan makan siang.

Karena bab inilah, beberapa teman dari kami yang 22 orang ini, berselancar ke sekeliling hotel untuk menemukan pasar atau mal. Untuk membeli makanan apa saja yang bisa kami makan di malam hari dan akhir pekan.

Setelah dua hari, akhirnya dapatlah sebuah pasar swalayan bernama Dolar Tree. Di situ semua barang dibanderol denga harga maksimum satu dolar. Tak peduli besar atau kecil.

Mal ini menyediakan hampir semua kebutuhan untuk hidup di dunia fana ini. Letaknya tak jauh dari hotel kami Premier Best Western di Willowbrook. Lima menit jalan kaki.

Info ini sampai ke telinga saya yang sedang tidur-tiduran di hotel. Mendengar itu tanggapan saya hanya satu, singkat dan padat: "kapan kita ke sana lagi?."

Beberapa orang, termasuk saya, sore itu (30/9/2018), meluncur ke lokasi. Saya membeli dua kotak nasi goreng beku, satu paket mi instan isi lima, gunting kuku, dan jagung kaleng.

Semuanya habis lima dolar 87 sen. Itu sudah termasuk pajak delapan sen. Kalau dirupiahkan dengan mengalikan dengan 15 ribu rupiah, kira-kira jumlahnya sebesar 88 ribu rupiah. Murah itu. Amerika, lo, ini.

Ternyata, dengan uang seratus Dollar, mengembara di Amerika sedikit lebih aman dengan adanya Dollar Tree. Murah meriah. Serasa belanja di pasar Keudee Blangjruen. Pasar di tempat aku berasal. Di Aceh sana.

No comments:

Post a Comment