Sunday, October 7, 2018

Houston Texas, Masjid Assalam-mu Kudatangi

Diantar pihak hotel. Gratis. Karena jaraknya hanya lima mil. Begitulah informasi yang menyenangkan dari pihak hotel ketika perwakilan kami menanyakan kemungkinan diantar ke masjid terdekat untuk salat Jumat.

Waktu Zuhur di Houston Texas hari ini pukul 13.12. Kami beranjak dari hotel pukul 12.30. Sepuluh menit sampai. Sekalipun ibu sopir agak sedikit kesasar, akhirnya dapat juga karena masjid itu tiba-tiba terlihat dari celah-celah antar rumah di sebuah perumahan.

Kami kesasar ketika kami benar-benar sudah dekat sekali dengan masjid. Sopir salah masuk lorong. Masuk ke sebuah kompleks perumahan. Padahal masjid itu terletak di pinggir jalan utama, jalan Old Louetta. Ke depan sedikit lagi. Benar-benar sedikit.

Awalnya saya menyangka, masjid Assalam yang tertangkap Google Maps ini tidaklah besar. Kecil saja. Pikirku karena ini di Amerika. Sedikit umat Islamnya, di lautan non-Muslim.

Ternyata saya salah. Sejak pertama terlihat dari celah-celah bangunan tadi, mesjid ini sudah terlihat megah. Besar. Dengan balutan cat kuning redup, bangunan ini mencuat menyeruak di tengah bebangun perumahan bercat seragam putih abu-abu.

Kami tiba di depan masjid. Masih agak sepi. Lokasi parkir, di area depan, yang luas itu baru hanya diisi sekira separuhnya. Matahari cerah tak tersaput awan menyambut kami segera setelah kami turun dari mobil.

Panas. Texas panas. Tapi udaranya kering. Tidak gerah. Kulit tak sempat mempertahankan keringat. Menguap ke udara. Di depan masjid, bendera Amerika berkibar-kibar ditingkahi kelepak bendera Texas yang bersanding sebelah kirinya. Terkadang keduanya berkibar ditiup angin. Terkadang menggelepek tenang tak bergerak. Mataku setengah memicing melawan silaunya matahari saat menyaksikan dua bendera itu.

Dari luar, masjid ini terlihat bundar. Bangunannya melengkung ke belangkang. Gapura-gapura besar rapat meliuk melancip ke atas membolongi dinding-dindingnya, menampakkan dinding kaca tembus pandang ke dalam. Ke ruang salat.

Di dalam juga masih sepi. Karpet merah terhampar tanpa celah menutupi seluruh lantai ruang salat. Di depan sana, mimbar khatib terpacak mantap di tengah mihrab, walaupun tidak telalu besar.

Saya bergegas mencari tempat wudu. Untuk laki-laki ada di sebelah kanan. Perempuan, sebelah kiri. Seperti biasa, di luar negeri, masjid hari Jumat juga dipenuhi perempuan. Sekalipun mereka tidak ikut salat. Pengalaman di Taiwan dulu, perempuan ternyata juga ikut salat.

Di muka tempat wudu, sebuah rak memampangkan buku-buku islami yang bisa dibeli oleh para jamaah. Berbahasa Inggris. Ada juga bahasa Arab dan Urdu. Bahasa Indonesia, tidak ada!

Tempat wudu bersih. Sebidang dindingnya dihiasi keramik bermotif bunga bak ratna mutu manikam. Dicampur untaian bunga biru lapislazuli. Cermin lebar juga tertempel kokoh di sisi dinding yang lain. Toilet, ada di ruang sebelah sana, masing-masing tersekat dan berpintu baja tahan karat. Kloset duduk. Ada selang penyemprot air, untuk bersuci.

Melalui sebuah pintu berkaca ke arah kiblat, terlihat di luar sana ada beraneka macam perkakas bermain untuk anak-anak. Bercat kontras merah dan biru tua.

Jauh di ujung sayap kanan sana, terlihat sebuah pintu terbuka menuju ke sebuah ruangan luas. Melalui pintu itu, anak-anak terlihat sibuk berlari-lari dengan bolanya. Saya mendekat. Ternyata ini adalah ruang serbaguna. Ada gawang bola basket di sana. Luas sekali. Sekira empat kali lapangam voli. Atau malah lebih besar lagi.

Setelah wudu, saya masuk ke ruang salat. Sejuk. Sebelah kanan dipenuhi kursi untuk jamaah yang tidak mampu bersila dan melipat kaki. Dinding kiri di bagian depan dipenuhi cermin. Memberi kesan lebih luas. Dua pintu darurat tersedia di dinding depan.

Pukul 13.15 azan pertama berkumandang, dari muazin berpeci khas Indonesia. Tapi dia bukan orang Indonesia. Melainkan orang Kamboja. Setelah azan jamaah berdiri, untuk salat sunat.

Tak lama kemudian, setelah diselingi pengumuman oleh panitia, khatib naik mimbar. Wajahnya khas timur tengah. Bergamis. Berjenggot rapi. Orangnya masih muda.

Sejurus kemudian, azan kedua berkumandang. Masih dari muazin yang sama. Kemudian disusul dengan khutbah. Khutbah diabadikan oleh panitia. Dengan hape bertripot. Sampai pukul dua lewat sedikit, khutbah usai.

Salat juga dipimpin oleh khatib tersebut. Tidak terlalu panjang ayatnya. Sedang-sedang saja. Sekira pukul 2.15 salat telah usai. Saya dan sebagian besar jamaah langsung keluar. Memenuhi lobi. Berselindung dari matahari yang panas.

Sesampai di luar, saya lihat, ternyata jamaah Jumat masjid ini cukup banyak. Membeludak. Area parkir yang luas itu penuh. Polisi harus mengawal iring-iringan mobil yang keluar mesjid. Ada dua polisi. Satu di dalam pekarangan masjid. Satu lagi di luar sana di tengah jalan. Bertopi koboi. Dua-duanya berbadan gemuk.

Kami menunggu jemputan dari hotel. Agak telat sepuluh menit datangnya, menyisakan waktu buat kami untuk berswafoto. Menyaksikan bagaimana banyaknya mobil yang keluar, sekaligus menghafal mereknya. Merek mobil yang jarang kami dapatkan di Indonesia. Saya tunggu-tunggu mobil Avanza. Tak satupun yang lewat, sampai mobil telah mulai jarang dan kami diangkut pulang ke hotel.

Jamaah wanita ikut berdatangan di hari Jumat

Bazar buku setelah jumatan

Beberapa jamaah mulai meninggalkan ruang setelah salat jumat

Khatib sedang memberi khutbah

Tempat bermain anak-anak

Ruang serbaguna dengan lapangan basketnya

Kursi untuk jamaah yang tidak bisa duduk

Panitia mesjid sedang memberi pengumuman

Antrean mobil keluar setelah salat jumat

Tampak depan masjid Assalam

Rak buku

Tempat wudu
__________
Ditulis di Houston Texas, 6 Oktober 2018

No comments:

Post a Comment