Monday, October 22, 2018

Museum Pengetahuan Alam Houston

Houston Museum of Natural Science, itulah nama salah satu museum yang ada di sebuah distrik di kota Houston, Texas. Kali ini, PETEX (Petroleum Extension), institusi yang melatih kami selama di Texas, mengajak kami ke museum tersebut.

Ciri khas bebangunan di Texas yang hanya berbentuk kotak tak berseni, benar-benar sanggup menipu saya. Tidak ada yang istimewa jika kita melihat gedung museum ini dari luar. Polos saja.

Hanya karena ada tulisan "Houston Museum of Natural Science", di dinding depan, yang berhasil mengangkat derajatnya menjadi layak sebagai latar bagi kami untuk berswafoto. Selain itu, tak sedikit pun ada ciri bahwa bangunan abu-abu ini sedang membungkus sebuah peradaban tinggi edukasi. Edukasi ilmu alam kepada pengunjungnya.

Kami diajak oleh PETEX ke museum ini karena satu alasan, yaitu adanya stan khusus yang menampilkan teknologi di sektor migas. Mulai dari eksplorasi untuk mencari kantung-kantung migas di bawah tanah sana, mengebor, memproduksi, sampai kepada pengolahannya. Dari hulu sampai hilir.

Eh, sidang pembaca jangan terkecoh dengan kata museum yang selama ini kita pahami sebagai bangunan yang berisi benda-benda bersejarah. Itu museum sejarah. Sedangkan ini, tak lain adalah museum pendidikan. Kasarannya, kita masuk ke situ sebagai orang bodoh, keluarnya langsung pintar.

Saya tentu tak belebihan berkata demikian. Saya melihat sendiri, di stan migas yang luas itu, begitu masuk kami langsung disuguhi simulasi rig pengeboran lepas pantai, offshore. Seluruh perlengkapan rig terlihat sebagainana aslinya.

Rig dalam simulasi ini sudah canggih. Tidak perlu ada manusia lagi di sekitar mulut pipa bor. Ia hanya membutuhkan segelintir operator untuk menggerakkan tangan-tangan robot dari ruang kontrol sana.

Materi yang tidak saya pahami ketika belajar di ruang kelas PETEX, tersingkap di museum ini. Salah satunya adalah, bagaimana melakukan pengeboran minyak, sampai pada kedalaman tertentu, mata bornya bisa dibelokkan. Ini namanya "directional drilling".

Dengan teknik ini, orang mendirikan rig di Lhokseumawe, misalnya, tapi bisa menyedot minyak yang ada di bawah rumah saya di Blangjruen, dengan cara membelokkan arah pengeboran ke timur.

Bagaimana caranya? Selama dua minggu penuh saya kena tampar dengan teori di PETEX, pahamnya ya baru di museum ini. Tentu ini bukan salah pengajarnya, salah saya sendiri yang goblok bin lola.

Saya cepat paham, sebab di museum ini saya bisa melihat langsung jenis bor yang digunakan untuk itu. Dan, gilanya, petugas museum yang menemani kami pun, begitu tangkas menjelaskannya. Pilihan kata, gerakan tangan, intonasinya, dan interaksinya, membuat saya seolah ikut terbawa ke bawah tanah berama mata bor.

Tak cukup sampai di situ, akhirnya, dengan bantuan sebuah simulator, ternyata kami benar-benar seolah dibawa juga masuk ke dalam sumur minyak. Ikut bersama mata bor menuju ke bawah tanah di mana minyak berada.

Simulator ini dibuat seperti pesawat tempur. Ada tempat duduk bagi pengunjung di dalamnya. Sekira muat bagi dua puluh pengunjung. Di depan, samping kiri dan kanan, dilengkapi monitor yang seolah menampakkan apasaja yang ada di sekitar pesawat.

Pesawat bergoyang, bergerak mengikuti gerakan visual di monitor: terhempas ke kiri, kanan, muka, dan belakang. Semua terasa seperti nyata. Saya tak sengaja mencengkeram tempat duduk ketika pesawat diterbangkan ke sebuah rig.

Setelah mendarat, kami dibawa masuk ke lubang sumur minyak. Diajak turne mengikuti gerakan mata bor menuju lapisan bumi yang mengandung minyak. Melihat bagaimana minyak bisa mengalir ke dalam sumur bor yang kemudian disedot ke permukaan.

Tentu masih banyak lagi yang saya dapatkan di sini. Termasuk bebatuan apa saja yang harus dilewati mata bor sampai akhirnya mencapai lapisan kantung minyak.

Hampir semua itu dijelaskan dengan bantuan animasi. Sampai-sampai salah satu teman saya bilang bahwa wajar saja anak-anak mereka pintar-pintar jika begini fasilitasnya. Iya, saya setuju itu.

Tapi, saya tidak setuju kalau ada yang bilang bahwa kita tidak bisa membuat meseum serupa ini di Blangjruen. Kita cuma butuh beberapa orang gila saja agar ini bisa terwujud. Di tanah yang pernah dijuluki "Bumigas" itu.
Saya di depan Houston Museum of Science.

No comments:

Post a Comment