Thursday, November 22, 2018

Sekelumit Sekitar Abrahah dan Tentara Gajahnya

Jika bulan Maulid tiba, nama Abrahah dan tentara gajahnya menjadi cukup populer di tengah masyarakat Aceh yang merayakan Maulid secara besar-besaran.

Hal ini karena Nabi Muhammad saw dipercaya lahir pada tahun di mana Abrahah dan tentara bergajahnya menyerang Mekah untuk menghancurkan Kakbah. Hal ini pula yang menggerakkan saya untuk bercerita sedikit seputar Abrahah ini.

Begini ceritanya. Kala itu, di sekitar seperempat awal abad keenam Masehi, Yaman dipimpin oleh seorang raja yang menganut agama Yahudi. Zu Nuwas nama raja itu. Kerajaannya bernama Himyar. Berpusat di Shanaa. Raja ini memimpin Yaman dengan tangan besi.

Najran, adalah sebuah kota di Yaman. Pada suatu ketika didatangi oleh seorang pengikut Isa as dari kekaisaran Romawi. Nama orang itu adalah Phemion, atau dalam literatur lain disebut dengan Simon. Ia adalah orang yang baik dan saleh. Sehingga orang-orang Najran tertarik kepadanya, dan menganut agama Nasrani yang dibawa olehnya.

Sekali waktu terjadilah pembunuhan terhadap seorang anak dari keluarga pemeluk Yahudi di Najran. Inilah awal petaka itu dimulai. Keluarga yang terbunuh itu, atas nama agama, mengadu ke Zu Nuwas agar menuntut bela atas kematian anaknya.

Mendengar aduan itu, Zu Nuwas yang juga penganut agama Yahudi cepat pula naik darahnya. Dikirimnyalah tentaranya ke Najran. Sesampai di sana, orang Najran dipaksa untuk memilih dua pilihan: masuk agama Yahudi atau dibunuh.

Mereka menolak menganut agama Yahudi, maka Zu Nuwas memerintah agar digalikan parit-parit yang di dalamnya diisi bara api. Ke situlah orang-orang Nasrani itu dilempar. Setidaknya, ada dua puluh ribu orang Nasrani tewas dalam peristiwa berdarah itu.

Daus Zu Sya'laban, seorang pemuka Najran, berhasil meloloskan diri dari amukan Zu Nuwas itu. Ia lari ke Romawi untuk mengadukan hal itu kepada kaisar, yang saat itu dipegang oleh Yustinianus. Untuk meyakinkan Kaisar, ia membawa sisa Injil yang dibakar oleh Zu Nuwas.

Melihat itu bukan main murkanya Kaisar. Sebab agamanya telah dihina. Tak perlu berpikir panjang, dikirimnyalah surat beserta Daus Zu Sya'laban itu kepada Najasyi (Negus), yang saat itu sedang bertahta di Habsyi (Etopia). Kala itu Habsyi adalah kerajaan kuat pemegang panji-panji Nasrani di sekitar Laut Merah.

Dalam surat itu, kaisar Romawi memerintahkan agar kerajaan sekutunya itu menuntut bela atas kematian saudara seimannya di Najran. Zu Nuwas harus diberi pelajaran. Atas kelancangan dan kekejamannya.

Najasyi yang juga bercita-cita ingin menjajah Yaman, mendapat perintah sebagai itu, lakunya langsung bagai orang ngantuk disorong bantal. Ia dengan ligat menyambut perintah itu. Maka tak kurang dari tujuh puluh ribu pasukan Habsyi dikirim ke Yaman. Pasukan besar itu dipimpin oleh Irbath bersama prajurit sebawahannya, Abrahah Al Asyram.

Di Yaman sendiri kala itu sedang terjadi perpecahan. Maka mengalahkannya dengan modal pasukan sebesar itu, bagi Habsyi bagaikan menghabiskan sepotong roti saja. Tak lama, Zu Nuwas kalah dan terbunuh. Maka jatuhlah Yaman ke tangan Habsyi, menjadi bangsa terjajah. Itu terjadi sekitar tahun 523 Masehi.

Irbath dengan sendirinya menjadi Gubernur di Yaman untuk kerajaan Habsyi. Negara Yaman yang kaya raya menghasilkan rampasan perang yang tidak sedikit. Sepertiganya dikirim ke Najasyi. Sisanya dibagi-bagi untuk tentara Habsyi di Yaman.

Harta rampasan yang banyak itu menyebabkan Irbath cepat sekali menemui ajalnya. Banyak tentara merasa tidak puas atas pembagian harta rampasan perang itu. Tentara-tentara kecewa, termasuk Abrahah. Maka ia akhirnya memimpin barisan sakit hati itu memberontak melawan Irbath. Irbath dikudeta dan terbunuh.

Maka sekarang Abrahah dengan sendirinya naik tahta, menggantikan Irbath. Awalnya Najasyi marah atas pembunuhan jenderal kepercayaannya itu. Tapi karena lemak pula isi surat yang dikirim Abarahah ke Najasyi untuk menjelaskan mengapa itu sampai terjadi, maka lunaklah hati Najasyi dan mengakui kepemimpinan Abrahah di Yaman. Ia memimpin Yaman dari tahun 525 sampai 575 Masehi, beribukota di Shanaa.

Dalam kepemerintahannya ia sangat bercita-cita agar Shanaa menjadi pusat peradaban Nasrani di Semenanjung Arabia. Maka segala sesuatu untuk menarik perhatian orang Arab, dilakukan. Salah satunya adalah dengan mendirikan sebuah gereja besar di Shanaa yang dikenal dengan "Al-Qullays".

Pendirian gereja ini dilakukan dengan melibatkan penduduk Yaman ke dalam kerja paksa. Karena syahwatnya itu, sampai-sampai Abrahah tidak segan-segan memotong tangan orang Yaman jika setelah matahari terbit mereka belum juga bekerja.

Setelah selesai, gereja ini terkenal indah dan tinggi. Bahannya dibuat dari marmer bekas reruntuhan istana Ratu Balqis, penguasa Yaman di zaman Nabi Sulaiman as dulu. Kelak, batu marmer reruntuhan gereja ini, di zaman Khalifah Yazid Bin Muawiyah, diambil oleh Abdullah Bin Zubair untuk bahan merenovasi Kakbah.

Oleh Abrahah, Al Qullays ini dimaksudkan juga untuk menarik minat orang-orang Arab yang masih pagan agar berhaji saja ke situ. Karenanya, ia memosisikan gereja itu sebagai pengganti Kakbah yang ada di lembah Mekah.

Hal inilah yang membuat pembesar-pembesar Arab menjadi berang karena bangunan suci tempat mereka beribadah, Kakbah, direndahkan. Kejengkelan yang akhirnya diwakilkan oleh laku dua orang Arab yang merupakan kepala Banu Fuqaim dan Banu Malik.

Dua orang itu datang dan masuk ke Al-Qullays serta mengotori bangunan indah itu dengan kotoran. Tak lama, tindakan yang sangat menodai rumah sucinya itu sampai ke telinga Abrahah. Ia marah besar. Ia juga mendapat kabar bahwa yang melakukan itu adalah orang-orang yang berasal dari Mekah. Tempat Kakbah itu berada.

Dengan kejadian ini, tak perlu lagi baginya menunggu alasan tambahan untuk melakukan serangan balik dengan menghancurkan Kakbah itu, Rumah Tuhan dari orang-orang yang telah menghinakan gerejanya. Pasukan pun disiapkan, yang terkenal dengan pasukan bergajahnya itu. Dan, berangkat.

Perjalanan ke Mekah tentu tak sepenuhnya mulus. Abrahah mendapat perlawanan. Salah satunya dari bangsawan Himyar, Zu Nufar. Tapi dapat dikalahkan olehnya. Sehingga Zu Nufar tertawan dan dijadikan penunjuk jalan. Sesampai di Taif, pemuka Tsaqif yang memang seteru Quraisy, medukung Abrahah.

Ia kemudian menugaskan Abu Ragal untuk menjadi penunjuk jalan bagi pasukan Abrahah. Tapi ia mati sebelum menyelesaikan tugasnya itu. Ia dikubur di sebuah tempat antara Taif dan Mekah. Kuburannya sampai berpuluh-puluh tahun menjadi sasaran lemparan batu oleh orang-orang Arab yang kebetulan lewat di situ.

Sampai di perbatasan Mekah, Abrahah mengutus beberapa tentaranya untuk memasuki Mekah dan merampas harta benda penduduknya. Quraisy yang pada saat itu dipimpin oleh Abdul Muttalib, tidak memberi perlawanan. Bahkan dua ratus ekor untanya disita oleh Abrahah.

Dengan memakai jasa bangsawan Himyar, Abdul Muttalib berhasil dipertemukan dengan Abrahah. Abrahah tidak mendapatkan jawaban apa-apa dari Abdul Muttalib kecuali ia hanya meminta untanya yang disita agar dikembalikan.

Abrahah terkesiap mendengar itu. Bagaimana ceritanya seorang pemimpin Quraisy ketika Rumah Tuhannya mau dihancurkan, bukannya membela, malah ia hanya memikirkan hartanya semata. Ia hanya mau unta-untanya dikembalikan.

Dengan santai Abdul Muttalib menjelaskan bahwa, unta-unta itu miliknya sendiri dan ia sendiri yang harus melindunginya. Sedangkan Kakbah yang akan dihancurkan Abarahah itu adalah Rumah Tuhan, milik Tuhan. Dan Dialah yang akan melindungi dan menjaganya.

Mendengar itu, dengan sombong Abrahah menimpali dengan berkata bahwa hari ini Tuhannya Kakbah tidak mampu menghalanginya. Ia pun mengerahkan tentaranya untuk menyerang Kakbah. Orang-orang Quraisy telah mengungsi ke bukit-bukit di sekitar Mekah. Benar-benar Kakbah itu ditinggal bersama Tuhannya.

Namun, menjelang pasukan itu digerakkan, bala tentara Tuhan datang. Sebuah serangan yang di dalam Alquran diceritakan sebagai burung Ababil, yang melontari mereka dengan batu panas, yang membuat tubuh-tubuh mereka bolong-bolong dan tercerai berai seperti daun dimakan ulat.

Terkait serangan burung ini, ada juga sebagian ulama dan ahli sejarah yang tidak melihat kejadian serangan burung Ababil ini sebagaimana lahirnya ayat. Seperti Prof. Husain Haekal dalam bukunya "Sejarah Hidup Muhammad", misalnya. Ia meriwayatkan bahwa pasukan Abrahah diserang oleh wabah penyakit cacar yang membawa kepada kematian mereka.

Hal senada juga diutarakan oleh Prof. Hamka dalam bukunya "Sejarah Umat Islam." Ia malah menggambarkan dengan lebih lengkap. Yaitu penyakit cacar yang mematikan itu dibawa oleh burung-burung yang memang biasa datang mengambil makanan-makanan sisa pasukan. Burung-burung itu sudah terjangkiti virus cacar dan menyebar kepada para pasukan melalui batu-batu di mana ia hinggap.

Yang jelas, pasukan Abrahah hancur berantakan. Sisanya ada yang ditarik balik ke Shanaa (Yaman) dan ada juga yang terpaksa tinggal menetap di Mekah menjadi budak, kuli, atau buruh tani bagi penduduk Mekah. Ketika tak seberapa lama setelahnya Muhammad saw diangkat menjadi Nabi dan Rasul, mereka ada yang masuk Islam. Salah satunya yang terkenal adalah Bilal Bin Rabbah.

Diriwayatkan, setelah Abrahah sampai di Shanaa, ia pun jatuh sakit yang membawa kepada kematiannya. Ada yang mengisahkan bahwa ia mati karena penyakit yang sama seperti yang dialami oleh pasukannya di Mekah. Namun, ada pula sahib riwayat yang menyatakan bahwa ia lara karena malu dan sakit hatinya atas kegagalan perang itu, sehingga mati.

Sepeninggalannya, tampuk pimpinan Yaman dipegang oleh putranya, Yahsun Bin Abrahah. Dan setalah Yahsun meninggal, saudaranya, Marsuq Bin Abrahah menggantikannya. Yaman diperintah dengan sangat kejam oleh keturunan Abrahah ini.

Hal ini membuat rasa nasionalisme salah seorang anak bangsawan Himyar, Zi Yazan, bangkit. Ia pertama mengadu ke Kaisar Romawi agar Gubernur di Yaman diganti saja karena ia sangat kejam. Tapi ini tidak digubris oleh Kaisar.

Akhirnya, ia minta tolong kepada kisra Persia. Kali ini ia beruntung. Kisra bersedia membantunya. Pasukan pun dikirim ke Yaman. Masruq Bin Abrahah kalah dan terbunuh. Zi Yazan Al-Himyari naik tahta, memimpin Yaman, setelah 72 tahun dijajah Habsyi.
__________
Ditulis di Texas - USA, untuk mengobati rasa rindu peringatan maulid yang sekarang sedang berlangsung di Aceh
__________
Daftar Pustaka:
  1. Prof Dr. Ali Husni al-Kharbuthli, "Sejarah Ka'bah". Turos. 2013.
  2. Prof. Hamka, "Sejarah Umat Islam". PTS Publishing House Sdn. Bhd. 2016.
  3. Prof. Husain Haekal. "Sejarah Hidup Muhammad". Litera AntarNusa.
  4. Prof. Dr. Ahmad Syalaby. "Sejarah Kebudayaan Islam Jilid 1."

No comments:

Post a Comment