Monday, December 24, 2018

Di Sebuah Doorsmeer Itu

Sebuah doorsmeer di kota saya. Doorsmeer mobil. Selain orang Sumatera mungkin tidak tahu apa itu doorsmeer. Ia adalah tempat cuci kendaraan bermotor. Tapi yang saya maksud di sini adalah doorsmeer mobil. Yang ada pengangkat hidroliknya itu.

Beberapa hari yang lalu itu (11/12/2018), adalah kali ke dua saya cuci mobil di situ. Kali pertama dulu saya maunya agar mobil saya dicuci biasa saja. Yang normal-normal saja. Yang harganya berkisar empat puluh sampai lima puluh ribu rupiah saja.

Tapi, oleh pencuci yang menyambut saya, saya dibujuk dengan berbagai penawaran. Katanya, badan mobil pakai KIT agar hilang jamur-jamurnya, interior dikasih pewangi, jok dipel, dan mesin dicuci. Bersih semua. Saya tanya harganya. Seratus ribu rupiah jawabnya. Oke, saya setuju. Saya terbuai. Akhirnya.

Setelah selesai, tenyata, kecuali hanya lumuran KIT yang membuat mobil saya agak sedikit mengilap, selebihnya hanya biasa-biasa saja. Jok yang dipel itu, cuci biasa juga itu dilakukan. Yang empat puluh ribu itu, mesinnya juga dicuci.

Terus yang katanya interior diberi pewangi, ternyata hanya pewangi baju yang diteteskan ke mulut lubang AC depan, yang baunya membuat saya pusing seminggu. Saya lap. Sulit juga hilang baunya.

Merasa dikerjai, akhirnya saya beralih ke doorsmeer lain. Masih di kota yang sama. Beberapa kali di situ terus. Menjadi doorsmeer langganan. Tapi kemarin dulu itu, doorsmeer itu penuh. Karena sehari sebelumnya Aceh Utara, Lhokseumawe, sampai Banda Aceh diguyur hujan. Lama dan merata. Banyak mobil menjadi kotor.

Doorsmeer penuh. Kecuali doorsmeer yang dulu pernah saya datangi itu. Yang banyak penawarannya itu. Yang pakai pewangi interior tetesan pewangi baju itu. Yang membuat saya pusing seminggu itu. Yang saya merasa dikerjai itu.

Tak ada pilihan lain. Mobil saya sudah terlalu kotor untuk dipertahankan sampai besok. Harus segera dicuci. Di doorsmeer mana saja. Asal lumpur di mobil saya rontok semua. Saya langsung banting stir. Ke doorsmeer dulu itu.

Saya langsung disambut oleh seorang calon pencuci. Bertubuh kurus. Tapi suaranya lantang. Saya ditawari berbagai macam jasa. Saya bilang cuci seperti biasa saja. Dia tidak peduli. Terus menawarkan apa saja yang saya malas mendengarnya. Saya masih bilang dicuci biasa saja. Ia tetap masih menawarkan.

Saya mulai jengkel, bilang kalau cuci pakai tetek bengek itu biar setahun sekali saja. Tiap kotor cuci begitu bisa tekor saya. Temannya nimbrung, menimpali, bilang kalau setahun sekali itu dirabin (mungkin maksudnya "rub in", menggosok atau memoles), bukan cuma di-KIT.

Yang menyambut saya tadi berujar lagi, bahwa itu memang mahal, tapi kan jadi puas? Saya bahkan tak mengangguk sedikit pun. Kejengkelan saya sudah sampai ke ubun-ubun. Ingin saya bilang, "Bisa tidak kalau cuci biasa saja. Kalau tidak, ini mobil saya bawa pulang."

Tapi, yang keluar dari mulut saya hanya pertanyaan tentang berapa harga kalau cuci biasa. "Lima puluh ribu," jawabnya.

"Kenapa mahal sekali? Di tempat lain cuma, kalau tidak empat puluh, maka 45 ribu rupiah." Saya mulai menampakkan bahwa saya tidak bersedia membayar lebih mahal. Ternyata dengan itu mereka mundur. Melayani saya dengan cucian biasa saja. Lima puluh ribu rupiah.

Saya menunggu sambil membaca buku. Sesekali berjalan sambil melihat mobil-mobil lain yang sedang atau sudah dicuci. Saat saya sedang melihat sebuah mobil Rush yang sudah dicuci, pria yang lagi mencuci mobil saya bilang, "Nah, itu pakai KIT, kan mengilap? Puas kita lihatnya."

Haduh! Masih itu-itu saja yang dibahas. Kirain sudah kelar tadi masalahnya. Akhirnya saya duduk di sebuah bangku panjang. Yang ada sandarannya. Di samping saya duduk seorang pencuci yang lagi nganggur. Mengobrol bebas tentang apa saja.

Suasananya sudah lumayan menyenangkan. Saya suka mengobrol dengan siapa saja. Tak pilih-pilih atau pandang bulu. Suasana itu berlangsung sampai akhirnya ia bertanya sambil menunjuk ke mobil saya yang sedang dimandikan temannya: "Itu mobil Bapak?."

"Iya, " jawab saya.

"Itu kalau dipoles pakai KIT bisa mengilap lagi. Bisa seperti kaca lagi. Tak mahal. Cuma seratus ribu rupiah. Dijamin puas."

Saya tidak menjawab lagi. Hanya dahi saya yang mengernyit. Menarik napas dalam. Saya yakin Tuhan tak pernah sia-sia atas semua ciptaannya. Termasuk menciptakan orang-orang di doorsmeer yang satu ini. Walaupun begitu menjengkelkan!

No comments:

Post a Comment