Sunday, February 17, 2019

Dari Blangjruen ke Peusangan Membentuk PUSA

Sekali waktu, di zaman Belanda, ada tablig akbar yang dihelat di lapangan sepakbola Blangjruen. Pembicaranya adalah Prof. Abdul Malik Karim Amrallah, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Hamka. Beliau berasal dari Padang.

Sahib riwayat tidak menyebutkan kepada saya kapan tablig akbar itu diadakan. Tapi, saya yang sudah memiliki sedikit informasi terkait peristiwa-peristiwa di sekitar tablig akbar itu, menduga itu dilaksanakan pada tahun 1938.

Hal ini karena, ketika dakwah itu berlangsung, Ampon Chik Muhammad Basyah, Uleebalang Keureutoe, sudah ada di rumahnya di Blangjruen (tepatnya di desa Teungku Di Balee). Sedangkan tahun-tahun sebelumnya ia masih dipindah-tugaskan ke Kutarajaia karena terlibat percekcokan dengan kontroler Belanda Swart di Lhoksukon.

Jabatannya sebagai Uleebalang Keureutoe dicopot sementara, kemudian diberikan kepada Ampon Chik Raja Sabi, anak dari Cut Nyak Meutia dengan suaminya Ampon Chik Cut Muhammad.

Namun, pada awal tahun 1938, Ampon Chik Muhammad Basyah dikembalikan lagi ke Blangjruen. Dan, jabatan Uleebalang Keureutoe juga dikembalikan lagi kepadanya. Karena kekosongan jabatan, Ampon Raja Sabi kemudian oleh Ampon Chik Muhammad Basyah diberi tugas baru, yaitu mengelola sekolah Islam Bustanul Maarif (sikula Abuek Langgeeh) yang baru saja dibangun untuk sekolah rakyat di Blangjruen.

Nah, di sekitar kondisi terakhir itulah tablig akbar Prof. Hamka di lapangan sepakbola Blangjruen kemungkinan dihelat.

Ampon Chik Muhammad Basyah juga ikut menghadiri dakwah itu. Beliau berangkat dari rumahnya di desa Teungku Di Balee dengan menggunakan andong. Besar kemungkinan, dalam satu andong itu ikut pula Prof. Hamka, Ampon Raja Sabi, dan Tgk. Ismail Yakob.

Yang tersebut terakhir adalah orang Moncrang, Aron, yang disekolahkan oleh Ampon Chik Muhammad Basyah ke sekolah Normal Islam di Padang. Saat itu ia baru saja pulang dan membantu Ampon Raja Sabi mengelola sekolah Bustanul Maarif di Blangjruen.

Di atas andong itu tadi, mereka semua terlibat dalam sebuah diskusi yang sudah pasti sangat ilmiah. Dari diskusi itulah, kata sahib riwayat kepada saya, timbul ide untuk membentuk sebuah organisasi ulama di Aceh.

Tapi, Ampon Chik Muhammad Basyah tidak akan bisa merealisasikan itu, karena organisasi apapun yang dibentuk olehnya, pasti cukup sulit mendapat izin dari pemerintah Belanda. Ia, sebagaimana saya ceritakan di atas, pernah tidak akur dengan kontroler Belanda Swart di Lhoksukon. Sehingga Belanda menaruh curiga kepadanya.

Pikir punya pikir, akhirnya ide itu dilimpahkan kepada mertuanya, yaitu Ampon Chik Peusangan Muhammad Johansyah. Maka setahun kemudian, 1939, di sebuah madrasah yang bernama Almuslim di Matang Geuleumpang Dua, terbentuklah sebuah organisasi ulama yang bernama PUSA, Persatuan Ulama Seluruh Aceh.

Ketuanya secara aklamasi jatuh kepada Tgk Muhammad Daud Beureueh. Bertindak sebagai wakilnya, Tgk. Abdurrahman Meunasah Meucap. Sedangkan Ampon Chik Peusangan sendiri, menjadi pelindung dari organisasi tersebut.

Tak berapa lama setelah itu, maka lahirlah beberapa organisasi kecil di bawah PUSA: Kepanduan PUSA, yang dikomandoi oleh Ayah Gani; Muslimat PUSA, dikemudi oleh Omi Asma (istri kedua Tgk Mohammad Daud Beureueh); kemudian berdiri pula sekolah Normal Islam di Bireuen yang diketuai oleh M Nur El Ibrahimy (menantu Tgk. Muhammad Daud Beureueh); dan, tak ketinggalan, terbentuk pula organisasi Pemuda PUSA yang dipimpin oleh Amir Husen Almujahid dari Idi.

Pada tahun 1946,  Amir Husin Almujahid ini, ketua Pemuda PUSA ini, menggerakkan Revolusi Sosial dengan pasukannya yang bernama TPR, Tentara Perjuangan Rakyat. Dari Timur Aceh sampai ke Banda Aceh, bergerak membabat habis Uleebalang-uleebalang. Di Keureutoe, Ampon Chik Muhammad Basyah dan Ampon Raja Sabi termasuk yang diambil dan kemudian dibunuh...!

Bekas rumah Ampon Chik Muhammad Basyah di desa Teungku Di Balee, Blangjruen. Rumah ini dibakar dalam peristiwa Revolusi Sosial tahun 1946

Bekas sekolah Islam Bustanul Maarif di desa Blangjruen. Sekarang menjadi sekolah TK dan Sekolah Luar Biasa Blangjruen.

No comments:

Post a Comment