Sunday, July 14, 2019

Berlibur di Aceh, Tak Sampai Dua Ratus Ribu

Syukur, selama ini bagi saya, untuk bersenang-senang, belum butuh ragat banyak, murah-murah saja, tak butuh banyak modal. Ini sesuai pula dengan pendapatan saya yang hanya sebagai dosen amtenar biasa, yang kerap pula galau. Tapi berpendidikan tinggi.

Istri saya awalnya hanya minta makan-makan saja di warung makan Wong Solo, di bilangan perempatan jalan Darussalam Lhokseumawe. Saya turuti saja maunya. Karena bagi saya, dia mau keluar saja sudah merupakan berkah di akhir pekan. Betapa tidak, soalnya sekarang dia paling malas diajak jalan-jalan naik mobil semenjak dua bulan bertian, berbadan dua.

Beberapa jenak sebelum berangkat, dia agak berubah pikiran. Pingin makan di tepi pantai Ujoeng Blang saja. Pantai yang juga masih berada di kota Lhokseumawe. Sekalipun makanannya tetap dari RM. Wong Solo. Dibungkus dan dibawa ke sana. Dimakan sambil menikmati pantai. Itu juga saya setujui.

Selanjutnya, istri juga punya ide. Nasi putih dibawa saja dari rumah. Dibungkus pakai kertas bungkusan nasi. Kertas bungkusan itu gampang dapatnya bagi kami. Tinggal minta ke Ibu. Dia pasti punya. Karena ia menjual nasi gurih saban pagi. Saya yang minta. Sambil mengeluarkan mobil dari garasi. Kebetulan kami memarkir di rumah ibu. Nasi dibawa dari rumah, ini pastinya saya setujui. Kan tambah irit lagi?

Kami berangkat. Setelah salat Zuhur. Pas untuk makan siang. Waktu lagi sakau-sakaunya sama nasi. Tapi saya enggak sampai kebut-kebutan juga. Santai saja. Blangjruen - Lhokseumawe bisa ditempuh dalam waktu satu jam. Kalau pintar balapan bisa kurang dari itu. Saya enggak berani balapan. Bukan tidak mampu. Tapi takut istri saya minta turun dan naik angkot.

Sampai di RM Wong Solo saya pesan satu porsi ayam panggang, dua porsi ayam goreng, dan dua porsi cah kangkung. Agak banyak, karena saya memboyong dua anak dan satu kemenakan. Istimewa pula, saya sama istri agak berbahaya kalau sampai-sampai lagi enak-enak makan, kemudian kurang.

Anak saya itu pun kadang-kadang kalau makan sering juga kerasukan mama dan papanya. Beringas. Akhirnya, setelah saya melirik daging ayam yang telah saya beli ternyata agak kecil-kecil ukurannya, di tengah perjalanan menuju pantai, saya membeli lagi dua potong ayam goreng Kentucky bajakan. Lengkap sudah, baik dari segi banyak dan jumlahnya.

Kami menuju pantai, ke lapak langganan kami. Atau lebih tepatnya, langganan anak saya. Anak saya enggak mau di lain tempat. Karena di situ ada ogak-ogak berbaju kartun Masya. Gadis cilik nakal di film kartun itu.

Saya suka juga tempat itu. Karena anak saya lalai dengan mainan jongkat-jangkit dan ayunan yang disediakan di situ. Sehingga ia tidak nangis minta renang, yang betapa repotnya mengawal dia di air. Habis itu, sudah capek-capek mengawasinya, diajak naik seringnya malah tidak mau. Pengin renang terus. Padahal sudah waktunya pulang.

Pertama-tama, sesampai di situ, kami langsung makan. Sudah lapar. Aneka minumannya, kami pesan di warung pantai itu. Sekaligus itu sebagai ganti menyewa tempat.

Empat puluh ribu rupiah kami habiskan untuk minuman. Untuk makanan di RM Wong Solo, tujuh puluh delapan ribu rupiah. Tadi, juga beli ayam Kentucky bajakan, dua belas ribu rupiah. Untuk parkir, lima ribu rupiah. Untuk bensin, anggap saja lima puluh ribu rupiah. Total, seratus delapan puluh lima ribu rupiah.

Tak sampai dua ratus ribu rupiah untuk bersenang-senang di Lhokseumawe ini. Itu sudah termasuk lihat-lihat pemandangan pantai yang gratis dari sang Pencipta. Dengan nelayan sedang menangkap ikan. Penarik pukat. Daratan di ujung pantai sebelah timur sana. Dan terlihat pula perusahaan pencairan gas alam di ujung pantai sebelah barat sana. Semua itu tak sampai dua ratus ribu.
Saya bersama istri di pantai Ujoeng Blang Lhokseumawe

No comments:

Post a Comment