Wednesday, August 7, 2019

Kucing dan Cakarannya di Jok Sepeda Motor

Suka cakar-cakaran enggak jelas. Itulah sifat kucing yang paling tidak aku sukai. Dulu, almarhum ibuku juga paling berang jika tikar kumbuh dan ibus kesayangannya robak-rabik dicakar sama si singa kecil itu.

Wajar saja ia marah. Bayangkan saja. Untuk menghasilkan sehelai tikar kumbuh itu, bukan sehari dua dia butuh waktu. Bisa mingguan. Atau malah sampai bulanan. Mulai dari mencari rumput kumbuh di paya atau sawah, mengeringkannya dengan panas matahari yang terukur, membelahnya dengan ukuran yang terukur pula, melembutkannya, sampai terakhir menganyamnya.

Itu belum lagi jika tikarnya dianyam dengan formasi warna tertentu. Yang mengharuskan beberapa helai kumbuh kering dikesumba lebih dahulu sebelum ikut dianyam. Kalau sudah begini, lebih panjanglah waktu yang dibutuhkan ibu saya. Karena bertambah ruwet.

Dengan segenap perjuangan untuk mendapatkan sehelai tikar kumbuh sebagai itu. Dan sekarang tikar pun sudah jadi dengan indahnya. Kemudian ujug-ujug datanglah si meong, dengan kuku tajamnya itu, mencobak-cabik hasil kerjaannya. Maka wajarlah ibu saya murka.

Kalau sudah begitu kejadiannya, sungguh genderang perang tak perlu ditabuh lagi. Karena tingkah kucing itu sendiri sudah lebih dari cukup alasan untuk langsung mengokang senjata. Meruahkan amunisi sehabis-habisnya.

Itu kasus dengan ibu saya. Dengan saya, lain lagi. Walaupun tak semenyakitkan seperti yang dirasakan ibu saya, tapi lumayan menjengkelkan juga. Lapik jok sepeda motor kesayangan saya, Jupiter MX, bopeng-bopeng dibuatnya. Sakit hati saya. Padahal lapik itu baru saja saya ganti. Tapi tiba-tiba, begitu bangun pagi, sudah coreng moreng. 

Lebih parah lagi, awalnya saya tak menyadari itu adalah cakaran kucing. Karenanya saya sempat menyerapahi orang bengkel. Lapik yang katanya bagus, tapi baru saja dipakai sehari sudah terkelupas. Saya juga menduga, ini terkelupas karena motif lapik yang kasap berbintal-bintal. Motif yang kata orang bengkel itu lebih bagus.

Untung saja istri saya cepat memberitahunya, bahwa itu kerjaan kucing. Bukan lapiknya yang jelek. Bukan pula orang bengkel yang nakal. Ia tahu itu karena sering meng-OTT kucing saya mencakar lapik jok itu saat dia lagi leyeh-leyeh di atasnya.

Saya sekarang sedang berpikir. Apa yang harus saya lakukan. Apakah menyingkirkan kucing itu. Atau memasang lapik lain yang polos yang biasanya tak pernah disentuh kucing. Atau, jok ditegakkan saja saat memarkir? Ruwet juga ternyata.
Wujud jok sepeda motor saya dengan bekas cakaran kucing

No comments:

Post a Comment