Sunday, August 4, 2019

Sawah yang Semakin Menyusut

Rata-rata, sawah di sekitaran tempat saya tinggal, Blangjruen, dilingkupi oleh jalan besar. Itu artinya, tanah sawah yang berada di pinggir jalan tersebut cukup strategis. Baik untuk mendirikan rumah, kantor, maupun kedai untuk berbisnis.

Tapi yang jamak terjadi di Blangjruen selama ini, tanah sawah itu disulap menjadi ruko, rumah toko. Karena ruko bisa difungsikan hampir untuk kegiatan apa saja. Untuk rumah, bisa. Untuk kantor, malah untuk bank, juga bisa. Dan bahkan, untuk balai pengajian, ternyata juga bisa.

Karena itu maka, orang yang beruntung mempunyai tanah sawah di pinggir jalan, maka pilihan utamanya adalah digunakan untuk membangun ruko. Hanya satu dua saja yang digunakan untuk membangun rumah. Karena rumah secara bisnis tentunya kalah pamor.

Jika sawah itu ingin dijual, cara jual biasanya juga beda. Per kaveling ruko. Harganya. Jangan tanya. Omaigot. Mahal, Saudara! Amtenar sekelas saya, terasa sulit membelinya. Hanya mereka yang tak punya uang receh yang bisa menguasai tanah-tanah itu.

Saya sekarang hanya bisa melihat dan menghitung berapa saja ruko yang sedang dibangun, dan sawah mana saja yang sudah dipasangi pengumuman "Dijual, hubungi hp: ...". Tak lebih dari itu. Tidak berani bertanya berapa harganya, sekalipun hanya buat iseng. Karena semua tahu semahal apa harganya. Dan saya tentunya tau diri.

Tapi tanah-tanah itu memang terbeli. Dan tak lama berubah fungsinya dari sawah menjadi ruko. Yang nantinya menjadi kedai: mulai dari kedai kopi, kedai baju, bengkel, sampai kedai sembako. 

Bangunan baru itu memanjang menyusuri pinggir jalan, membelakangi sawah yang masih tertinggal di belakangnya, yang hanya Tuhan yang tahu bagaimana nasibnya kelak. Apakah tetap menjadi sawah atau dibiarkan kosong saja. 

Karena sawah jika sudah berhampiran dengan ruko, diakui atau tidak, pasti kurang kondusif lagi untuk berpadi. Karena sifat manusia adalah pencemar. Pernah saya mendengar seorang petani mengeluh, karena sering mendapati popok bayi di sawahnya.

No comments:

Post a Comment