Tuesday, September 5, 2017

Kesadaran Kesehatan Jiwa di Aceh

Saya berani bilang, pengetahuan kesehatan jiwa khususnya di tempat kelahiran saya, Blangjruen, cukup rendah (jika saya tidak bisa bilang sama sekali tidak ada). Ini menyedihkan!

Pihak terkait pun nampaknya juga selow-selow saja melihat fenomena ini. Tak mau ambil pusing. Tidak ada sosialisasi, apalagi edukasi tentang kesehatan jiwa ini kepada masyarakat. Sehingga gejala-gejala gangguan jiwa sama sekali tidak diketahui masyatakat.

Padahal sama seperti badan, jiwa juga bisa sakit. Dan bahkan kesehatan dua unsur ini dapat saling terkait. Orang bisa sakit jiwa, dipresi, karena badannya lama dirundung penyakit. Begitu juga jika lama depresi, badan juga akan ikut sakit, yang dikenal dengan psikosomatis.

Aceh yang lama didera konflik yang hampir tak berkesudahan masyarakatnya cukuplah rawan akan gangguan jiwa atau dipresi. Tapi anehnya, jika kita melihat poliklinik jiwa di rumah sakit, sepi tak ada pengunjung.

Sepinya poliklinik jiwa bukan artinya jiwa orang-orang Aceh baik-baik saja. Saya yakin yang bermasalah tidaklah sedikit. Tapi ketidaktahuan masyarakat akan kesehatan jiwa, membuat mereka tidak sadar bahwa jiwanya sedang bermasalah. Apalagi berpikir untuk berobat ke poliklinik jiwa, tentu lebih lagi tak terpikirkan.

Dan, yang lebih parah, orang baru dibawa ke poliklinik jiwa kalau sudah gila. Maka hal inilah salah satunya yang mengakibatkan poliklinik jiwa dicap sebagai poliklinik sakit gila. Maka orang yang berkunjung ke situ, juga akan dicap sebagai orang gila. Padahal poliklinik jiwa tidak selamanya indentik dengan orang gila. Banyak jenis gangguan jiwa yang bukan gila.

Beberapa orang yang saya amati di sekitar saya, yang sebenarnya jiwanya sudah terganggu tapi ia tidak mengakuinya, sudah memiliki gejala-gejala gangguan jiwa.

Salah satu gejala yang cukup populer pada gangguan jiwa adalah penderita mengalami bisikan-bisikan yang cukup nyata di telinganya. Jika bisikan itu berupa ancaman yang menakutkan, maka penderitanya akan selamanya gelisah dan takut.

Halusinasi bisikan ini kerap pula mengakibatkan penderitanya merasa mendapat wangsit dari ruh-ruh gaib, yang kadang membuatnya taat beribadah secara mendadak tapi diikuti oleh pernyataan-pernyataannya yang aneh tentang Agama. Termasuk mengaku diri menjadi waliyullah atau malah mengaku mendapat wahyu seperti nabi.

Merasa diri seolah-olah mau mati juga merupakan satu gejala gangguan jiwa yang kerap dialami oleh penderita dipresi. Gejala ini tentu membuat penderitanya mengalami serangan rasa takut yang maha dahsyat. Jantung berdegup kencang; tensi darah meningkat cepat.

Gangguan ini disebut juga dengan gangguan kecemasan atau "anxiety disorder", kecemasan tanpa sebab. Pada tingkat lanjut, penderita juga akan mengalami "serangan malam" atau "night attack".

Penderita "night attack" jika sedang mengalami serangan ia akan merasa dirinya sedang dikepung banyak orang yang seolah-olah akan menghabisi nyawanya saat itu juga. Oleh karena itu, Anda jangan heran jika penderita night attack tiba-tiba kabur dari rumah di malam buta sambil teriak-teriak minta tolong.

Saya menulis ini sebagai wujud keprihatinan saya atas banyaknya penderita gangguan jiwa tanpa penanganan yang memadai dari para ahlinya. Malah lebih parah lagi, banyak penderita gangguan jiwa justru dibawa ke dukun untuk dirajah karena dianggap kerasukan setan atau dijampi-jampi orang.

Dipersedih lagi oleh stigma yang ditujukan kepada penderita depresi sebagai kurang beriman, jauh dari Tuhan, dan banyak lagi tuduhan-tuduhan yang justru tidak membuatnya lebih baik, malah justru memperparah.
_________
22 Agustus 2017

No comments:

Post a Comment