Saturday, March 4, 2017

Aceh Lhee Sagoe, Maksudnya?

Banyak yang menyangka bahwa julukan Aceh Lhee Sagoe (Aceh Tiga Sagi) adalah karena bentuk daerah Aceh yang terlihat di peta berwujud segitiga, yang dalam bahasa Aceh disebut dengan "lhee sagoe". Padahal bukan demikian maksudnya.

Untuk diketahui, daerah kerajaan Aceh Darussalam sejatinya adalah daerah yang sekarang disebut dengan Aceh besar. Sedangkan daerah-daerah lainnya sering disebut sebagai daerah taklukannya, termasuk negeri Keureutoe (Aceh Utara sekarang).

Aceh Besar kemudian dibagi menjadi tiga federasi sebagai realisasi reformasi tata kerajaan yang dilakukan oleh Syeikh Syiah Kuala pada masa Sultanah Safiatuddin bertahta. Di mana federasi itu disebut dengan "sagoe" atau sagi.

Masing-masing sagoe diberinama sesuai dengan jumlah mukim yang ada di bawah sagoe tersebut. Sehingga ada Sagoe 22 Mukim, Sagoe 25 Mukim, dan Sagoe 26 Mukim.

Setiap sagoe dipimpin oleh seorang hulubalang yang disebut dengan Panglima Sagoe. Di antaranya ada dua yang terkenal, yaitu Panglima Polem Muhammad Daud yang memimpin Sagoe 22 Mukim dan Teuku Nyak Arif yang memimpin Sagoe 26 Mukim. Kedua Panglima Sagoe tersebut sudah ditetapkan sebagai pahlawan nasional negara Republik Indonesia.

Atas dasar jumlah sagoe itulah kerajaan Aceh Darussalam dijuluki dengan Aceh Lhee Sagoe. Bukan karena luasan daerah Aceh sekarang yang berbentuk segitiga.

Di wilayah timur kerajaan Aceh (Aceh Utara sekarang), istilah mukim sebenarnya tidak begitu dikenal pada zaman kerajaan dulu. Seperti di negeri Keureutoe, misalnya, daerah mukim disebut dengan daerah uleebalang cut (hulubalang kecil) atau uleebalang peut (hulubalang empat) yang membawahi beberapa gampong (kampung).

Oleh karena itu, bagi yang menjabat ketua mukim di Aceh Utara sekarang, maka berbanggalah, karena dulu jabatan itu setingkat dengan uleebalang cut, satu tingkat lebih rendah dari Teuku Chik (Ampon Chik) yang memimpin kenegerian Keureutoe.

No comments:

Post a Comment